Buku filosofi ghumah baghi Besemah ( filosofi Rumah tradisional Besemah) yang berisi tentang filosofi dan adat istiadat Besemah.buku ini ditulis oleh Dr.H.Rahman Yahan dan M.Agus Maryanto, M.si , desain cover Nova Triani, M.Si. berisi 240 hal dibagi dalam 13 Bab , setiap bab mengupas tentang makna dari rumah baghi (tradisional), seperti; konstruksi rumah, material rumah, fungsi dan tujuan rumah, selain itu juga mengupas adat tutughan (panggilan) adat, dan lainnya.
Lebih banyak
Tentang Buku
240
Halaman
-
Menit
-
Kata
Rumah Baghi Besemah dan filosofinya (rumah Tradisional Besemah dan filosofinya) adalah rumah tradisional masyarakat suku Besemah asli . Saat ini masih ada sekitar seratus unit rumah yang tersebar di 5 kecamatan dan 35 kelurahan. material rumah dari kayu sangat tua jenis kayu Entenam, Meranti , Bambang hutan dan jenis kayu cemaghe yang langsung diambil dari hutan pedalaman. Konon satu batang pohon cukup untuk membuat sebuah rumah. Pengerjaan kayu menggunakan gergaji tunggang tradisional sampai berbulan-bulan.pengangkutan menggunakan tenaga kerbau atau sapi pilihan dengan cara ditarik. Buku ditulis Dr.H.Rahman Yahan ini, cover Nova Triani Rahmawati, setebal 240 halaman, dengan 13 bab.Rumah baghi Besemah masa lampau multi fungsi dan unik.sebagai tempat musyawarah Jurai tuwe dengan meraje dan anak belai, pusat pendidikan Agama Islam mengaji, pusat pembinaan anak gadis (lelaju) menganyam tikar, memasak. Pusat pembinaan adat dan budaya, dan lainnya.Rumah baghi Besemah ada dua kategori yakni rumah berukir (tataan) dan tidak berukir (ghilapan). Rumah berukir motif flora (tumbuhan) muncu ghebung (rebung), pakis muda, kembang teratai dan laonnys. Melambangkan kedekatan lingkungan alam dan agraris . Era tahun 80 sampai tahun dua ribu banyak yang dijual dengan kolektor barang antik dengan harga murah.
Material rumah baghi dipilih dari kayu pilihan yaitu kayu Entenam, kayu Meranti dan kayu cemarah diambil dari hutan.konon untuk sebatang kayu cukup untuk bahan sebuah rumah. pengerjaan kayu dilakukan secara tradisional dengan menggisik kayu gergaji tunggang, selama berbulan-bulan. pengangkutan kayu kedesa dengan angkutan kerbau atau sapi ditarik alat Singkur (alat tradisional dari kayu).
Rumah adat Besemah terbagi dua, yakni rumah tatahan (berukir) dan Rumah adat tidak berukir. Rumah berukir biasanya dimiliki oleh orang terpandang, tokoh masyarakat, atau pejabat pemerintahan.
Dalam buku ini juga disampaikan adat istiadat Jeme Besemah, sejarah Lampek Empat Merdike duwe, tutughan adat, Belanda masuk Besemah, kehadiran pemerintahan marga, Belanda mendirikan kewedanaan pagar alam, dan mendirikan pasar.
Lebih banyak
Dr Rahman Yahan
0
Terjual
0
Lencana