Beranda

Senja, Ceritakan pada Tuhanku Bahwa Aku Patah Hati

Senja, Ceritakan pada Tuhanku Bahwa Aku Patah Hati

Oleh Pustaka Rumah C1nta

PDF
Eye Counter Dilihat 568 | Terjual

Harga Rp45.000


Senja tak kalah eksotis dengan fajar. Senja adalah bagian waktu dalam hari, di mana setengah gelap mencapai titik bumi. Senja hadir tatkala matahari sudah terbenam dan ketika wujud matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala. Dari senja aku belajar akan satu hal, bahwa terang tak selamanya ada. Meskipun sehebat apa pun di mata semesta, sebagaimana kisah cintaku bersamanya, seampuh dan semandraguna apa pun cintaku padanya. Karena pada akhirnya, cintaku berakhir juga. Padahal aku berjuang mati–matian deminya. Betapa elok dirinya, dengan mudah meruntuhkan mimpi-mimpiku dan meregas harapanku dengan alasan aku orang jauh, aku dari suku Madura, weton yang tak cocok, dan tak direstui orang tuanya. Sehingga dirinya mengambil keputusan, bahwa jalan terbaik adalah memutuskanku. Apakah tak ada jalan lain selain putus? Kita semua tahu, dalam cinta butuh perjuangan dan pengorbanan. Sesulit apa pun dalam cinta seharusnya dihadapi bersama. Tentunya dia percaya pada keajaiban cinta. Bukan mengambil keputusan sepihak. Ingat, sejak awal dirinya tahu namaku siapa dan asalku dari mana. Mungkin dirinya sudah amnesia atau pura–pura hilang ingatan? Seandainya aku punya mantra yang bisa menyihir dirinya akan kuhadirkan dirinya yang dulu untuk dipertemukan dengan dirinya yang sekarang. Semua itu agar dia ingat kembali, kalau dirinya pernah mengungkapkan cinta. Maka apakah dirinya berani? Tidakkan. Tak usah banyak alasan. Mungkin ini hanya akal-akalannya saja. Sudah cukup aku dijadikan bahan permainan. Jujur saja, jika di balik sana ada orang baru yang sangat dia cintai. Mungkin ini yang membuat dirinya berbeda dan berubah. Dalam hal ini aku diselimuti gelap. Berbulan-bulan lamanya aku didekam dalam penjara patah hati. Hampir aku mati dibuatnya. Jiwaku terasa lepas dari ragaku. Aku tak berdaya, diliputi ketakutan secuil pun aku tak berani menatap dunia yang penuh drama. Kini patah hati yang aku alami, membuatku benar-benar sekarat. Terlebih lagi, saat itu tidak ada satu orang pun yang mengerti tentang perasaanku. Bisanya hanya menghina dan mencaci maki diriku dan perasaanku. Di fase itu, aku merasa hidup tak hidup dan mati tak mati. Pada saat itu ingin rasanya aku lari ke luar angkasa langsung menemui Tuhan, agar aku dimatikan lalu dimandikan dengan air telaga surga hingga perasaanku padanya luntur. Setelah itu, baru aku dimakamkan dengan cinta. Karena itu jauh lebih baik dibandingkan aku jadi bulan-bulanan dunia.

Lebih banyak
Tentang Buku
Total Pages
240
Halaman
Total Baca
120
Menit
Total Kata
20.911
Kata

Beli buku ini

Harga eBook Rp45.000


Beli Sekarang
Didukung Oleh
Ikuti Kami
Unduh Aplikasi

Henbuk ©2022 All Rights Reserved.