Jarum jam yang tengah menunjuk pada angka 5. Tatkala sang surya mulai
menutupi dirinya. Limbatang Aji Parpatih, tengah merenung menikmayi
sapaan angin. Ditemani oleh sang Abak, Datuk Parpatih. Setelah bergelut
dengan pikiran masing-masing, Raja Parpatih akhirnya membuka
pembicaraan.
“Lim, sapadiah aa se kecek urang ka awak jan pernah tinggi hati.
Ibaraik anjalai mambuah dimunggu, sugi-sugi di rumpun padi, supayo
pandai rajin baguru, supayo tinggi naikan budi.”
Hari sudah hampai petang, Limbatang yang tengah berada dipasar
dikejutkan oleh pekikan sang Bungsu, Kukuban. Kukuban menghampiri
Limbatang seraya berkata
“Kuban di suruah amak maimbau uda kamari, disuruah amak pulang.”
“Manga tu?” tanya Limbatang
“Ntah, capek se lah, beko bangih lo amak,” ujar Kukuban.
Mendengar itu Limbatang segera pamit kepada pedagang yang ada di pasar lalu berlari menyusul Kukuban.
Bagaimana kisah Lim dengan saudara-saudara dan abaknya? Baca
lengkapnya dalam kumpulan cerpen ini. Kumpulan cerpen ini juga memuat
dua puluh cerpen lainnya karya siswa-siswi MTsN 2 Bukittinggi. Selamat
membaca dan berseluncur dalam dunia imajinasi siswa.