Hubungan tasawuf dan anti korupsi tentu sangat erat, hal ini tidak lepas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi konstitusi tertinggi bagi pemeluk Islam. Bahwa dalam Al-qur’an dan Al-Sunnah korupsi menunjuk rentang luas aneka perilaku menyimpang yang membahayakan keseimbangan sosial, ekonomi dan ekologis. Jika dilihat dari awal kemunculannya, para ahli sejarah sepakat bahwa istilah tasawuf itu muncul pada abad kedua Hijriyah, yakni ketika orang-orang berusaha meluruskan jalan menuju Allah dan takut kepada-Nya. Pada saat itu pemegang kekuasaan berada dalam glamornya kemewahan hidup. Sehingga munculnya para zâhid saat itu sebagai bentuk perlawanan moral kepada penguasa yang tergila-gila dengan kemewahan dunia. Sebab, inti dari ajaran tasawuf adalah pembinaan moral (akhlak). Rasulullah Saw. sendiri di utus di bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Tasawuf yang inti ajarannya adalah moral spiritual selalu menanamkan ajaran ketuhanan, mengajak manusia kembali kepada Allah Swt, mendekat kepada-Nya, dan mengabdi kepada-Nya, ini semua bisa menjadi obat bagi pendangkalan iman, frustasi, stress, gangguan jiwa, tidak percaya diri, gelisah, dan lain sebagainya. Kemudian dengan pendidikan kepribadian (akhlak) yang berorientasi pada perbaikan akhlak, penanaman akhlakul karimah, peniadaan akhlak tercela, membiasakan dzikrullah untuk penyucian hati, mengevaluasi diri dengan bermuhasabah, menahan nafsu dengan lapar dan puasa, serta mawas diri (muraqabah) dengan merasa selalu mendapat pengawasan Allah Swt. di setiap langkah. Ini semua bisa menjadi obat penawar bagi problem dekadensi moral, penyalahgunaan IPTEK, problem politik yang cenderung curang, korupsi atau KKN, penyalahgunaan kekuasaan, jabatan, hidup glamour, hedonistik, materialistik, dan sebagainya.
Dilihat 285 | Terjual
